Sejumlah saham blue chips tertekan saat IHSG melorot, ini pemicunya

Kamis, 20 Mei 2021 | 07:45 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Sejumlah saham blue chips tertekan saat IHSG melorot, ini pemicunya


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan. Saat ini IHSG sudah berada di bawah level 6.000, tepatnya di 5.760,58 per Rabu (19/5). Sejak awal tahun, IHSG telah terkoreksi 3,65%.

Sejumlah saham blue chips juga turut terkoreksi. Misalkan saja, saham-saham berbasis pertambangan batubara seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), yang masing-masing masih terkoreksi 20,64%,17,83%, dan 7,76% sejak awal tahun. Koreksi ini terjadi saat harga batubara sedang mengalami penguatan.

Demikian juga dengan saham-saham consumer seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang juga masih terperosok di zona merah.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha menilai, terkoreksinya sejumlah saham blue chips akibat investor yang sementara berpindah ke saham-saham lapis kedua (second liner) yang lebih menarik dengan aksi korporasinya.

Baca Juga: IHSG terus tertekan, berikut sentimen pemicunya

Dustin memberi contoh, salah satunya adalah PT Harum Energy Tbk (HRUM )yang sedang ramai dengan langkahnya mengakuisisi saham perusahaan pertambangan nikel untuk meningkatkan nilai tambah.

Sebagai kilas balik, HRUM kembali menambah porsi kepemilikan saham dalam Nickel Mines Limited sebanyak 51.256.292 saham. Sehingga  kepemilikan HRUM di perusahaan nikel ini mencapai i 6,737% dari seluruh modal ditempatkan.

Dustin menyebut, langkah tersebut dinilai para trader sebagai sentimen menarik yang bisa dimanfaatkan dalam jangka pendek.

Sementara untuk kinerja dari emiten-emiten blue chip seperti INDF dirasa masih cukup baik, dimana anak usahanya, yakni ICBP, masih mencatatkan kenaikan penjualan dan laba bersih. 

Dus, saham ini dinilai masih menarik untuk dikoleksi. Hanya saja, Dustin melihat hal tersebut lebih kepada perspektif jangka waktu yang lebih panjang.

Sedangkan untuk saat ini, trader lebih memilih mencari emiten second liner yang penuh dengan langkah korporasi yang menarik. “Apalagi, emiten pertambangan yang saat ini diuntungkan dengan kenaikan beberapa harga komoditas,” terang Dustin kepada Kontan.co.id, Rabu (19/5).

Sementara itu, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani masih merekomendasikan sikap wait and see untuk saham blue chips dalam jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang, investor bisa memperhatikan beberapa emiten yang punya fundamental cukup baik seperti saham-saham perbankan, PT Astra International Tbk (ASII), dan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO). 

Selanjutnya: IHSG anjlok 1,27% ke 5.760 pada akhir perdagangan Rabu (19/5), asing catat net sell

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi

Terbaru