Sektor energi topang penguatan Wall Street, indeks S&P dan Nasdaq rekor lagi

Jumat, 03 September 2021 | 08:00 WIB Sumber: Reuters
Sektor energi topang penguatan Wall Street, indeks S&P dan Nasdaq rekor lagi


WALL STREET -  NEW YORK. Wall Street kembali reli dengan tiga indeks utama ditutup menguat. Kenaikan pada bursa saham Amerika Serikat (AS) ini terjadi setelah sektor energi perkasa usai harga komoditas yang menguat. 

Kamis (2/9), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,37% menjadi 35.443,82, indeks S&P 500 menguat 0,28% ke 4.536,95 dan Nasdaq Composite bertambah 0,14% menuju 15.331,18.

Dengan posisi ini, indeks S&P dan NAsdaq kembali mencetak rekor penutupan tertinggi. Pada perdagangan sesi tersebut, para investor seolah melupakan sejenak data pekerjaan terbaru. 

Pada sesi tersebut, sektor energi naik 2,5%, membalikkan sebagian besar kerugian yang diderita selama tiga hari pertama dalam minggu ini. Kinerja ini didorong oleh harga minyak mentah AS yang melonjak 2% karena penurunan tajam dalam persediaan AS dan dolar AS yang lebih lemah.

Saham Cabot Oil & Gas Corp dan Occidental Petroleum Corp mengalami kenaikan terbesar, masing-masing naik 6,7% dan 6% di sesi ini. Sementara itu saham perusahaan minyak Exxon Mobil dan Chevron Corp, sama-sama naik lebih dari 2%.

Baca Juga: Wall Street menguat meski ada tanda-tanda perlambatan ekonomi

Indeks sektor teknologi yang biasanya menyokong pergerakan bursa saham, tergelincir ke wilayah negatif, karena beberapa perusahaan industri terbesar melihat momentum kenaikan mereka baru-baru ini terhenti.

Amazon.com Inc, Microsoft Corp, Facebook Inc dan pemilik Google, Alphabet Inc, semuanya turun antara 0,2% dan 1,8%. Pengecualian terjadi pada saham Netflix Inc, yang naik 1,1% dan mencetak penutupan di level tertinggi sepanjang masa.

Saham AS secara teratur mencapai rekor tertinggi selama beberapa minggu terakhir karena musim pendapatan perusahaan yang solid dan harapan dukungan bank sentral yang berkelanjutan menopang kepercayaan.

Namun, setiap kumpulan data baru dilihat melalui prisma apakah angka-angka tersebut dapat mempengaruhi jadwal pengurangan Federal Reserve.

"Saya merasa kadang-kadang kita akhirnya mencoba membaca daun teh terlalu keras, dan Federal Reserve telah cukup baik dalam berkomunikasi (terkait tapering)," kata Jason Pride, Chief Investment Officer Glenmede. 

Dia juga melihat bahwa The Fed tetap di jalan untuk mulai melakukan tapering di akhir tahun ini.

Data pada yang dirilis Kamis (2/9) menunjukkan, jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran pada minggu lalu turun. Namun, fokus akan berada pada laporan pekerjaan bulanan Departemen Tenaga Kerja yang dirilis hari ini (3/9), untuk mengatur panggung untuk pertemuan kebijakan The Fed akhir bulan ini.

"Anda harus melihat ketukan atau kesalahan yang sangat luas dalam data ini untuk benar-benar mengubah pikiran orang," kata Greg Boutle, U.S. Head of Equity and Derivative Strategy di BNP Paribas.

Baca Juga: Digugat Jeff Bezos, Elon Musk ungkap kekesaran di media sosial

"Investor berada di kubu renormalisasi ini yang berpikir inflasi tidak akan terjadi, atau mereka percaya akan ada angka inflasi. Sungguh, itu akan menjadi kumpulan antara kubu yang percaya atau tidak yang akan menggerakkan jarum bagi investor dan The Fed, daripada satu titik data."

Pada perdagangan kali ini, Wall Street pun tetap beroperasi secara normal walau banjir bandang mematikan terjadi di New York City. 

Di sisi lain, saham Wells Fargo naik 2,6% setelah tiga sesi berturut-turut mengalami pelemahan. Pemberi pinjaman ini sempat dibebani oleh laporan bahwa mereka dapat menghadapi sanksi peraturan lebih lanjut atas kecepatan kompensasi korban skandal praktik penjualan selama bertahun-tahun.

 

Selanjutnya: IHSG diproyeksikan melemah pada Jumat (3/9)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari
Terbaru