REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Sejumlah emiten batubara telah melaporkan kinerja keuangan di kuartal ketiga 2020. Hasilnya, mayoritas emiten penambang batubara tersebut mengalami penurunan kinerja akibat harga jual yang menurun.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) misalnya, membukukan laba bersih senilai Rp 1,7 triliun hingga kuartal ketiga 2020. Laba bersih ini menurun 44% jika dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,10 triliun.
Sejalan, emiten pelat merah ini membukukan penurunan pendapatan bersih sebesar 20,94% secara tahunan, dari Rp 16,25 triliun menjadi Rp 12,8 triliun di triwulan ketiga 2020.
Baca Juga: Kinerja mayoritas emiten batubara melemah di kuartal ketiga
Hanya saja, kinerja sejumlah emiten mulai pulih secara kuartalan. Analis BRI Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri menyebut, PTBA membukukan pemulihan kinerja pada kuartal ketiga 2020 dengan membukukan laba bersih Rp 439 miliar di periode kuartal ketiga. Realisasi ini naik 14,0% secara kuartalan, tetapi masih menurun 59,8% secara tahunan atau year-on-year (YoY).
Pertumbuhan laba ini didorong oleh volume penjualan batubara yang lebih tinggi, yakni naik 3,7% dari kuartal kedua 2020 menyusul pelonggaran pembatasan sosial sejak Juni 2020 yang menyebabkan permintaan listrik domestik lebih tinggi. Naiknya laba bersih juga didorong oleh beban umum dan administrasi yang lebih rendah 33,6% secara kuartalan dan normalisasi tarif pajak sebesar 21,3% di kuartal ketiga (berbanding dengan 34,9% di kuartal kedua 2020).
Lebih lanjut, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas memperkirakan harga batubara akan pulih mulai akhir tahun 2020 dan terus meningkat hingga tahun depan. Beberapa asumsi atas estimasi ini didasarkan pada permintaan batubara dari China yang mulai menunjukkan peningkatan seiring penurunan tingkat infeksi Covid-19 dan perekonomian yang mulai pulih. Tingkat infeksi harian di China juga telah berhasil dikendalikan dan terus menurun.
Baca Juga: IHSG berpotensi melemah esok hari, saham-saham ini bisa dicermati
Selain itu, pada kuartal kedua 2021, permintaan dari Jepang, Korea Selatan dan Malaysia kemungkinan mulai meningkat secara signifikan. Ketiga Negara ini memiliki peran penting bagi emiten batubara lokal karena ketiga negara tersebut merupakan pengimpor batubara dari Indonesia.
Meskipun tingkat infeksi di tiga negara tersebut sebenarnya tidak turun secara drastis, Sukarno meyakini negara-negara ini memiliki sistem pengendalian yang cukup baik untuk menjaga tingkat infeksi Covid-19 tetap rendah sembari menunggu adanya vaksin.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli (buy) saham PTBA dengan target harga Rp 2.900. Saham PTBA dinilai atraktif berkaitan dengan diversifikasi bisnisnya di segmen pembangkit listrik mulut tambang dan gasifikasi batubara. Kedua segmen bisnis ini akan meningkatkan produksi batubara ke depannya karena PTBA sendiri yang akan memasok batubara untuk kedua proyek tersebut.
Baca Juga: Menanti data neraca dagang, simak proyeksi IHSG untuk perdagangan Senin (16/11)
Sukarno juga merekomendasikan tambah (add) saham PTBA dengan target harga Rp 2.380. Selain PTBA, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Indika Energy Tbk (INDY) juga menarik untuk dicermati. “Bisa dibeli ketika terjadi pelemahan. Kesempatan untuk menampung,” ujar Sukarno, Minggu (15/11).
Pada perdagangan Jumat (13/11), saham PTBA ditutup bergeming di level Rp 2.040. Saham ITMG melemah 0,88% ke level Rp 8.475 dan saham HRUM juga melemah 1,80% ke level Rp 2.180. Sementara itu, saham INDY menguat 0,5% ke level Rp 1.005.
Selanjutnya: IHSG diramal melemah pada pekan depan seiring memudarnya Biden effect
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News