Sudah jatuh tertimpa tangga, ini rekomendasi saham Garuda (GIAA)

Sabtu, 07 November 2020 | 08:30 WIB   Reporter: Ika Puspitasari
Sudah jatuh tertimpa tangga, ini rekomendasi saham Garuda (GIAA)


GARUDA INDONESIA - JAKARTA. Baru saja melaporkan kerugian bersih akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menghadapi masalah lain. Serious Fraud Office (SFO), komisi pemberantasan korupsi Inggris, mengumumkan telah memulai penyelidikan terkait kasus dugaan korupsi Bombardier dan maskapai Garuda Indonesia.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya menghormati proses hukum yang tengah berjalan sehubungan dengan dugaan suap kontrak penjualan pesawat Bombardier pada periode tahun 2012 lalu. “Garuda Indonesia juga secara aktif akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang guna memastikan dukungan penuh atas upaya penegakan hukum kasus tersebut,” ungkap Irfan dalam siaran pers, Jumat (6/11).

Dari sisi kinerja, Garuda Indonesia memperoleh pendapatan sebesar US$ 1,14 miliar hingga kuartal ketiga tahun ini. Pendapatan tersebut anjlok 67,79% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$ 3,54 miliar. Penurunan kinerja ini sejalan dengan menyusutnya jumlah penumpang pada sembilan bulan pertama tahun ini. Hingga akhir September, GIAA mencatat kerugian bersih US$ 1,07 miliar.

Analis KGI Sekuritas Nugroho Rahmat Fitriyanto mengungkapkan, untuk mengetahui dampak dari kasus dugaan korupsi tersebut terhadap kinerja operasional dan keuangan GIAA harus menunggu lebih lanjut perkembangan kasus. “Jika memang ada indikasi penjatuhan denda atau sanksi terhadap GIAA, tentunya ini bisa berdampak pada performa keuangan perusahaan,” kata Nugroho kepada Kontan.co.id, Jumat (6/11).

Baca Juga: KPK Kerajaan Inggris menginvestigasi Garuda Indonesia, apa kata Erick Thohir?

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengungkapkan hal serupa. Menurut dia, apabila nantinya terbukti terjadi pelanggaran hukum maka harus ada sanksi yang tegas. Sejauh ini, sambung Nafan, beredarnya kabar tersebut tak memberikan dampak signifikan terhadap saham GIAA.

Kalaupun pada perdagangan berikutnya melemah, dia memperkirakan penurunan tersebut hanya sementara. Nafan memandang prospek saham GIAA masih cukup baik meski banyak tekanan yang mengelilingi GIAA. Rencana pemerintah membentuk holding baru dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk perusahaan yang berhubungan dengan penerbangan (aviasi) dan pariwisata dinilai bisa menjadi sentimen positif untuk GIAA.

Dia memperkirakan saham GIAA bisa menguat apabila rencana tersebut terealisasi. Katalis positif lainnya datang dari stimulus pemerintah berupa penghapusan atau peniadaan tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau Passenger Service Charge (PSC) untuk 13 bandar udara di Indonesia. Nafan bilang, stimulus ini bisa mengerek jumlah penumpang.

Baca Juga: Pendapatan ambles 67,79%, Garuda Indonesia (GIAA) merugi US$ 1,07 miliar

Dia menambahkan ada potensi saham GIAA memasuki fase uptrend seiring dengan katalis-katalis tersebut. Nafan merekomendasikan beli saham GIAA di area Rp 244 hingga Rp 250 dengan target harga Rp 264, Rp 298, Rp 378, dan target selanjutnya di Rp 456. Jumat (6/11), harga saham GIAA stagnan di Rp 242 per saham.

Nugroho belum merekomendasikan saham-saham penerbangan termasuk GIAA untuk saat ini. “Belum layak untuk koleksi pada saat ini, kita masih harus menunggu demand transportasi udara untuk pick-up, dan itu saya proyeksikan terjadi bilamana pandemi ini sudah bisa teratasi dengan baik, at least vaksin sudah disebar kepada 60% masyarakat,” pungkas dia.

Baca Juga: Tersandung kasus suap dan korupsi, Garuda Indonesia diperiksa KPK Inggris

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati
Terbaru