KOMODITAS - JAKARTA. Komoditas logam menjadi salah satu instrumen yang memiliki kinerja ciamik, termasuk nikel. Melansir Bloomberg, per Kamis (7/1), harga nikel di bursa London Metal Exchange (LME) untuk kontrak pengiriman tiga bulanan berada di level US$ 18.109 per ton.
Ini merupakan harga tertinggi nikel sejak Oktober 2014. Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Bernardus Irmanto menilai, kenaikan harga nikel yang terjadi beberapa hari ini memang di luar dugaan.
Bernardus melanjutkan, jika melihat inventory (persediaan) nikel di LME pun sebenarnya tidak banyak bergerak. “Menurut saya, sifatnya masih temporary karena dorongan sentimen positif pasar yang disebabkan beberapa berita yang dipersepsikan secara positif oleh pasar,” ujar Bernardus kepada Kontan.co.id, Sabtu (9/1).
Adapun sejumlah katalis yang dimaksud seperti banyaknya pemberitaan mengenai kendaraan listrik atau electric vehicles (EV), apresiasi nilai tukar dolar, dan juga kekhawatiran mengenai stabilitas suplai nikel karena meningkatnya aktivitas patahan di Morowali.
Baca Juga: Ini penyebab produksi Vale Indonesia (INCO) di 2021 lebih rendah dari target 2020
Sebagai gambaran, produksi nikel Vale Indonesia pada sembilan bulan pertama 2020 mencapai 55.792 ton, atau 10% lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 50.531 ton. Adapun volume produksi nikel INCO tahun ini akan lebih rendah dari 70.000 ton karena adanya kegiatan pembangunan kembali furnace 4 selama lima bulan. “Angkanya akan diumumkan kemudian,” ujar Bernardus.
Sebelumnya, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah menilai, pergerakan harga nikel global lebih terdorong oleh faktor perbaikan ekonomi China. China juga berencana untuk meningkatkan konsumsi nikel untuk kendaraan listrik dan stainless steel. Selain itu, pembatasan ekspor bijih nikel yang masih diberlakukan Pemerintah Indonesia juga menjadi katalis positif untuk harga nikel.
Lebih lanjut, turunnya persediaan nikel di Shanghai Futures Exchange sebesar 18.000 ton juga mendorong kenaikan harga nikel. Meskipun jika dilihat dari persediaan di LME, persediaan nikel masih cukup tinggi yakni 240.000 ton.
Maryoki menilai, kenaikan harga nikel juga didorong oleh ekspektasi permintaan kendaraan listrik yang akan naik. Hal ini ditunjukkan dengan program stimulus di banyak negara, termasuk dukungan kendaraan listrik untuk mengimbangi dampak ekonomi dari pandemi.
Baca Juga: Harga sudah melambung tinggi, simak rekomendasi saham INCO dan ANTM
China misalnya, memperpanjang kebijakan subsidi hingga 2022 dan beberapa negara Uni Eropa (UE) telah meningkatkan subsidi untuk kendaraan listrik, serta target emisi yang lebih ketat. “Untuk pengembangan mobil listrik di Indonesia, untuk saat ini masih mempengaruhi market domestik saja, belum ke harga nikel global. Karena proyek pengembangan ini juga masih sebatas Memorandum of Understanding (MoU) dan rencana, belum ada kepastian kapan akan dilaksanakan,” terang Maryoki saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (8/1).
Namun, jika pengembangan proyek mobil listrik ini terjadi dalam waktu dekat, tentunya akan menjadi katalis positif untuk komoditas nikel. NH Korindo Sekuritas Indonesia berekspektasi bahwa harga nikel akan berada pada rentang US$ 16.000-US$ 17.000 per ton tahun ini.
Baca Juga: Saham sektor tambang masih direkomendasikan tahun ini, jangan lupa diversifikasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News