Analis ingatkan harga batubara berpotensi melandai

Selasa, 15 Desember 2020 | 07:15 WIB   Reporter: Intan Nirmala Sari
Analis ingatkan harga batubara berpotensi melandai


KOMODITAS - JAKARTA. Momentum kenaikan harga batubara yang tengah terjadi di ujung tahun 2020 bisa dimanfaatkan investor untuk lakukan aksi sell on strength. Pasalnya, analis memperkirakan tren harga batubara bakal melandai di Februari 2021.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, kenaikan harga batubara yang tembus US$ 80 per metrik ton didukung sentimen musiman, seperti musim dingin ekstrim yang terjadi saat ini. Tren kenaikan ini umumnya berlangsung selama November, Desember dan Januari.

Di samping itu, kondisi ekonomi China terus membaik pasca ditimpa pandemi Covid-19. Sehingga, kebutuhan industrial baja di Negeri Tirai Bambu tersebut, khususnya otomotif meningkat. Sementara, perang dagang China dengan Australia dengan membatalkan impor batubara turut menguntungkan Indonesia sebagai eksportir batubara.

Sentimen lainnya yang turut mendukung kenaikan harga batubara yakni masalah politik di Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Tingginya kebutuhan batubara di Negeri Paman Sam saat ini tidak disertai kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan di musim dingin, mengingat paket stimulus AS untuk mengatasi dampak Covid-19 belum juga cair.

Baca Juga: Bumi Serpong Damai (BSDE) bukukan pra penjualan tertinggi, ini rekomendasi analis

"Jadi, kebutuhan batubara hampir di semua negara meningkat di tengah krisis ekonomi. Saat seperti ini, spekulan yang bermain dan kemungkinan harga bisa mencapai rekor US$ 87 per metrik ton di sisa 2020," ungkapnya saat dihubungi Kontan, Senin (14/12).

Ibrahim juga memprediksi, pasca menyentuh rekor US$ 87 per metrik ton di 24 Desember 2020, harga batubara kemungkinan akan bakal kembali koreksi. Untuk kemudian di Januari kembali meningkat dan berpeluang tembus US$ 90 per metrik ton.

Sayangnya, untuk jangka panjang Ibrahim memperkirakan tren harga batubara bakal koreksi. Ini karena euforia di beberapa negara yang berencana mengganti sumber bahan bakar industri mereka dari tenaga uap menjadi tata surya ataupun kincir angin. Selain ramah lingkungan, upaya tersebut dilakukan untuk efisiensi industri.

"Setelah Covid-19 akan ada perubahan drastis, dimana batubara akan ditinggalkan dan orang mulai beralih ke sumber energi tata surya dan kincir angin," jelas Ibrahim.

Untuk itu, di jangka pendek Ibrahim masih merekomendasikan beli batubara. Sedangkan jangka panjang, dianjurkan sell on strength, karena sejak Februari 2021 harga diprediksi akan terus melandai.

"Tahun depan, harga batubara akan bergerak di rentang US$ 50 per metrik ton hingga US$ 90 per metrik ton," tandasnya.

Selanjutnya: Ada data eksternal dan internal, simak proyeksi IHSG untuk Selasa (15/12)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Terbaru