INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) - JAKARTA. Tahun ini, terdapat 50 perusahaan yang melantai atau melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mengutip laman resmi BEI, terakhir PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) melakukan pencatatan saham pada Jumat (18/12).
Di sisi lain, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih mengantongi 17 calon emiten dalam pipeline IPO. Calon emiten ini berasal dari beragam sektor, mulai dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi hingga pertambangan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna merinci, terdapat enam calon emiten dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi . Kemudian, masing-masing terdapat dua perusahaan yang berasal dari sektor keuangan, aneka industri, dan agrikultur. Juga terdapat masing-masing dua calon emiten dari sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan, serta sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi. Sisanya yakni sebanyak satu perusahaan berasal dari sektor pertambangan.
Nyoman memprediksi, satu perusahaan akan melakukan IPO pada bulan Desember 2020 ini. Sedangkan, per 22 Desember 2020, pasca pencatatan saham PMMP, total dana yang dihimpun pada IPO tahun ini mencapai Rp 5,49 triliun. Dengan kondisi pandemi yang terjadi, Nyoman mengamini terdapat penurunan nilai fund raised pada tahun 2020 dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya.
Baca Juga: Prospek bisnis ritel pada 2021 saat vaksin Covid-19 mulai diberikan
Namun, dengan adanya beberapa kebijakan dari pemerintah, seperti program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dan penyediaan vaksin kepada masyarakat, dapat menumbuhkan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5% pada tahun 2021, sebagaimana proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Oleh karena itu, dia berharap, jumlah pencatatan efek, baik saham, surat utang, dan efek-efek lainnya membaik tahun depan. "Kami berharap jumlah dana yang dihimpun akan meningkat seiring dengan potensi rebound sektor-sektor industri di tahun 2021," kata dia, Rabu (23/12).
Analis Phillip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr juga mengamini, membaiknya perekonomian tahun depan seharusnya membuat gelaran penawaran umum perdana saham menjadi lebih semarak.
Terkait prospek saham-saham anyar, Zamzami menilai, saham-saham emiten yang baru menggelar IPO cenderung berisiko tinggi. Banyak yang cenderung volatile dan memiliki kapitalisasi kecil.
Baca Juga: Dua calon emiten ini bakal IPO dalam waktu dekat, bagaimana peluangnya?
Untuk itu, Zamzami menilai bagi investor yang memiliki risk profile aggressive boleh saja untuk masuk ke saham-saham ini. “Tetapi yang (profilnya) risk averse, sebaiknya tidak,” ujar Zamzami, Minggu (27/12).
Kontan.co.id mencatat, sejumlah saham pendatang baru mengalami pergerakan yang cukup volatile. Ambil contoh, saham PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU). Pada saat listing perdana pada Selasa (8/12), saham PTDU ditutup naik 35% ke level Rp 135.
Otoritas bursa kemudian melakukan penghentian sementara perdagangan saham PTDU di pasar reguler dan pasar tunai mulai sesi I perdagangan tanggal 23 Desember 2020 sampai dengan pengumuman bursa lebih lanjut. Hal ini seiring dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan terhadap saham emiten kontraktor swasta ini. Per Selasa (22/12), saham PTDU berada di level Rp 915.
Selain kenaikan yang signifikan, ada pula saham pendatang baru yang justru menunjukkan pergerakan yang kurang apik. Salah satunya adalah PT Morenzo Abadi Perkasa Tbk (ENZO). Saat pencatatan perdana pada 14 September 2020, saham ENZO masih berada di level Rp 141. Namun saat ini, saham emiten pengolahan daging rajungan dan makanan beku tersebut sudah mengendap di zona gocap (Rp 50).
Baca Juga: Inilah emiten dengan emisi IPO terbesar sepanjang 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News