REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Sektor konstruksi masih berpotensi mencetak pertumbuhan kinerja secara terbatas tahun ini. Diperkirakan sektor konstruksi masih akan berfokus pada perbaikan arus kas.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan bahwa salah satu pendorong pertumbuhan sektor konstruksi berasal dari pemilihan umum tahun depan. Menurutnya, secara ekspektasi pasar investor berharap dengan momentum Pemilu 2024 nanti.
"Khususnya dengan peningkatan anggaran infrastruktur di tahun ini dapat menjadi katalis positif untuk mendorong peningkatan proyek-proyek pemerintah dan dapat melibatkan BUMN Karya yang pada akhirnya dapat memperbaiki kinerja keuangan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (13/5).
Research & Consulting Manager Infovesta Kapital Advisori Nicodimus Kristiantoro melanjutkan, dengan banyaknya proyek jelang Pemilu 2024 berpotensi mendorong kontrak baru emiten konstruksi. Hanya saja pertumbuhannya diprediksi akan lebih mendatar dibandingkan pertumbuhan tahun 2022.
Baca Juga: Meski BSI Sempat Alami Gangguan, Prospek Saham Perbankan Dinilai Masih Bagus
"Bagi paket proyek IKN yang belum melaksanakan tender atau belum terkontrak, ini akan menjadi suatu ketidakpastian baru, terutama jika pemerintahan yang baru terpilih nanti mempunyai prioritas berbeda dengan pemerintah saat ini yang mengutamakan pembangunan infrastruktur dan pembangunan IKN," terangnya.
Namun dalam pelaksanaannya emiten-emiten BUMN Karya memerlukan ketersediaan posisi kas yang kuat, mengingat realisasi hasil atas pembangunan proyek membutuhkan waktu yang tidak cepat.
Di sisi lain, kebutuhan arus kas untuk biaya operasional harus tetap berjalan sehingga emiten-emiten BUMN Karya cenderung mengandalkan pembiayaan utang agar dapat menjalankan proyek.
Praska menjelaskan, semua emiten-emiten BUMN Karya memiliki arus kas operasional yang negatif dan cenderung mengandalkan pembiayaan dari utang. Rata-rata rasio Debt to Equity (DER) berada di kisaran 3 kali, bahkan ada yang lebih dari itu.
Emiten-emiten dengan rasio DER di atas 5 kali, menurutnya, yang masih cenderung tertekan karena masih harus mengatasi masalah tingginya utang, seperti WSKT. Namun untuk emiten ADHI, WIKA, dan PTPP dengan rasio DER masih di kisaran 3 kali - 3,5 kali diperkirakan masih dapat bertahan, terutama PTPP.
Baca Juga: Intip Prospek Saham Sektor Konstruksi Jelang Pemilu
Nico juga melihat dari rilis laporan kinerja kuartal I 2023, WSKT dan WIKA yang mencatat rugi bersih akan menghadapi tahun yang menantang dibanding tahun sebelumnya.
"Diversifikasi lini bisnis yang beragam dan lebih efisiennya pengeluaran beban akan menjadi kunci pertumbuhan bisnis emiten konstruksi," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News