IHSG naik lebih dari 23% di kuartal keempat, simak saham pilihan untuk awal 2021

Senin, 28 Desember 2020 | 07:39 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
IHSG naik lebih dari 23% di kuartal keempat, simak saham pilihan untuk awal 2021

ILUSTRASI. Sepanjang kuartal keempat berjalan, IHSG sudah naik cukup signifikan, yakni mencapai 23,38%.


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 7,06% dalam sebulan terakhir menjelang tutup tahun. Pada perdagangan Rabu (23/12), IHSG sudah bertengger di di 6.008,71.

Penguatan IHSG pada bulan Desember pun bersamaan dengan momentum windows dressing. Nah, biasanya penguatan IHSG pada periode Desember akan berlanjut pada Januari tahun depan. Fenomena ini disebut dengan January effect.

January effect merupakan fenomena tahunan yang terjadi pada pasar modal dengan menguatnya harga-harga saham di bulan Januari. Pertanyaannya, apakah January effect akan terjadi pada tahun depan?

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar menilai, dengan kenaikan kumulatif yang telah terjadi dalam periode Oktober-Desember 2020, IHSG memiliki potensi untuk cooling down terlebih dahulu di bulan Januari. “Meskipun pasar mengenal mitos January effect, tetapi fenomena ini cenderung tidak sekuat fenomena windows dressing di bulan Desember,” terang Anggaraksa kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Kurs rupiah masih berpotensi melemah jelang tutup tahun

Melansir Bloomberg, sepanjang kuartal keempat berjalan, IHSG sudah naik cukup signifikan, yakni mencapai 23,38%. Di periode Oktober 2020, IHSG tumbuh 5,30%. Sementara di periode November 2020, IHSG memberi return 9,44%.

Di awal tahun depan, lanjut Anggaraksa, sentimen yang patut diwaspadai oleh pelaku pasar antara lain masih akan seputar pandemi Covid-19. Pasar akan mengamati perkembangan dimulainya proses vaksinasi yang rencananya akan dimulai tahun  depan. Di sisi lain, investor juga akan mewaspadai masih tingginya jumlah kasus infeksi dan kemunculan varian baru Covid-19.

Di sisi lain, masih ada sejumlah katalis positif yang dinilai mampu menjadi angin segar bagi IHSG. Menurut Anggaraksa, sentimen positif yang berpeluang mendorong IHSG antara lain adalah pembentukan sovereign wealth fund (SWF) serta aturan-aturan turunan dari Omnibus Law UU Cipta Kerja lainnya.

Baca Juga: Simak Strategi Menyusun Portofolio Investasi di Masa Penuh Optimisme

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama melihat, January effect masih memungkinkan untuk terjadi pada awal tahun depan. Hal ini seiring dengan ekspektasi pelaku pasar yang optimistis dalam mengawali pergantian tahun.

Beberapa sentimen pun dinilai bisa menjadi pendorong IHSG. Serapan dari dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) di akhir tahun, data inflasi, serta data purchasing manager’s index (PMI) manufaktur dinilai dapat menjadi pemicu bagi pergerakan IHSG di awal Januari tahun depan. Survei IHS Markit menunjukkan angka PMI manufaktur Indonesia naik menjadi 50,6 pada November 2020 dari sebelumnya di level 47,8 pada Oktober 2020.

Level ini menjadi yang pertama sejak Agustus 2020 indeks manufaktur berada di atas level 50. Sebagai pembanding, PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Oktober berada di 47,8. Sementara bulan September dan Agustus 2020 masing-masing berada di 47,2 dan 50,8.

Baca Juga: Ini pilihan investasi yang menarik di tahun 2021 menurut Commonwealth Bank

Di awal tahun depan, NH Korindo Sekuritas Indonesia merekomendasikan saham di sektor-sektor cyclical seperti properti, konstruksi, dan pertambangan nikel. Adapun saham yang bisa menjadi pilihan antara lain PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Selain itu, Anggaraksa juga menyarankan agar investor tetap mengombinasikan dengan saham-saham yang bersifat defensif seperti sektor telekomunikasi dan perbankan (banking). Saham-saham yang bisa menjadi pilihan antara lain PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). 

 

Baca Juga: Rata-rata kinerja reksadana campuran lebih cepat pulih daripada reksadana saham

“Saat ini sektor consumer goods dan poultry dapat dicermati. Terlebih sektor consumers dapat dikatakan lagging dalam 1-2 bulan terakhir,” ujar Okie kepada Kontan.co.id, Minggu (27/12).

Okie melanjutkan, investor dapat mempertimbangkan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) sebagai watchlist saham pada bulan Januari nanti.

Hal ini seiring dengan performa dari saham-saham tersebut yang cenderung menguat di setiap awal tahun dalam 10 tahun terakhir. Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksi, IHSG akan berada di rentang trading 5.950-6.240 untuk Januari 2021.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru