Link Net (LINK) alokasikan 10%-15% dari capex untuk pemeliharaan jaringan

Rabu, 07 Juli 2021 | 07:15 WIB   Reporter: Arfyana Citra Rahayu
Link Net (LINK) alokasikan 10%-15% dari capex untuk pemeliharaan jaringan


EMITEN - JAKARTA. Selama pandemi Covid-19, kebutuhan internet semakin besar baik untuk bekerja, sekolah, hingga hiburan.  PT Link Net Tbk (LINK) secara khusus mengalokasikan belanja modalnya sebanyak 10%-15% untuk pemeliharaan jaringan supaya akses internet pelanggan terus berjalan optimal. 

Victor Indajang, Deputy CEO & Chief Operations Officer Link Net mengatakan di sepanjang tahun ini, agenda bisnis LINK adalah fokus pada proyek migrasi. Maka dari itu penambahan  jaringan di tahun ini tidak terlalu agresif. Victor mengakui, proyek migrasi jaringan Link Net ini akan memakan kapasitas dan perhatian cukup besar karena merupakan satu proyek besar di luar dari bisnis pada biasanya. 

Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, LINK menganggarkan belanja modal Rp 2,5 triliun. Adapun mengenai perkembangan proyek migrasi terkini,  manajemen LINK mengungkapkan hingga akhir Mei 2021, Link Net telah menyelesaikan kurang lebih 1/3 dari keseluruhan proyek. 

Baca Juga: Luncurkan layanan baru, Link Net (LINK) targetkan 71.000 pelanggan baru First Media

Selama proyek migrasi ini dijalankan, untuk menjaga kestabilan jaringan internet ke konsumen, LINK secara khusus menganggarkan 10%-15% dari capex untuk pemeliharaan jaringan. Menurut Victor, pemeliharaan jaringan itu penting sekali. Dia memberikan gambaran alokasi secara teknis capex untuk pemeliharaan jaringan. 

"Jika dilihat, jaringan itu adalah kabel-kabel di tiang dan di dalam tanah (undergrond). Adapun infrastruktur pendukung jaringan di tiang antara lain power supply, baterai, serta colokan sebagai penyambung ke rumah-rumah. Nah, capex pemeliharaan jaringan adalah untuk memastikan alat pendukung ini bekerja prima dengan pemeliharaan dan pembaharuan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (6/7). 

Selain jaringan di kabel, LINK juga memiliki alat di data center untuk mendukung layanan internet dan televisi sampai pada pelanggan. Pihaknya tentu selalu mengadakan pemeliharaan dan pembaharuan supaya layanan bisa berjalan optimal. 

Sambil jalan proyek migrasi serta pemeliharaan jaringan, LINK juga gencar meluncurkan produk anyar yang inovatif untuk menggaet pelanggan lebih banyak. Terbaru, LINK meluncurkan OTT Package First+ yang menyediakan akses ke beragam platform Over-The-Top (OTT). Inovasi ini menjadikan First Media sebagai penyedia layanan Cable TV dan Fixed Broadband Internet pertama di Indonesia yang menghadirkan agregasi konten OTT streaming platforms dalam satu paket.

Victor menjelaskan, LINK melihat prospek bisnis fixed broadband yang besar di Tanah Air. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang penetrasi fixed broadband masih rendah atau di level 12%. "Sedangkan kalau melihat negara lain di Asia maupun Asia Tenggara, tingkat penetrasi fixed broadband sudah mencapai 80% artinya kesempatan fixed broadband untuk Indonesia besar sekali," ungkap Victor. 

Mengenai prospek bisnis ke depannya, Victor menjelaskan, dalam 2 tahun terakhir LINK cukup agresif melakukan pengembangan jaringan. Pada 2019 LINK menambah hampir 270.000 home passed. Kemudian di 2020 ada sedikit penurunan karena pada pertengahan tahun lalu LINK memulai proyek migrasi. Begitu juga pada 2021-2022 total penambahan jaringan targetnya hingga 250.000 home passed

 

 

"Memang masih lebih kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya karena kami masih fokus ke proyek migrasi. Begitu migrasi selesai, kami akan makin agresif ekspansi penambahan jaringan," kata Victor. 

Sebagai informasi, pada tiga bulan pertama tahun ini, Link Net membukukan pertumbuhan pendapatan 11,4% yoy menjadi Rp 1,06 triliun. Seiring dengan itu, LINK mencatatkan laba bersih  Rp 249 miliar atau meningkat 26,0% dibandingkan kuartal I 2020. Adapun Marjin Laba Bersih tercatat 23,3% pada kuartal I 2021 dibandingkan dengan 20,6% pada  periode yang sama di tahun sebelumnya. 

Di awal tahun ini, pendapatan per-saham meningkat 30% pada menjadi Rp 91 per lembar saham, dibandingkan dengan Rp 70 per lembar saham pada kuartal I 2020. Beban pokok pendapatan LINK tercatat meningkat 2% pada menjadi Rp215 miliar. Hingga akhir tahun ini, emiten jasa layanan internet ini menargetkan pertumbuhan revenue sekitar 7% sampai dengan 9% serta marjin EBITDA di atas 50%.

Selanjutnya: Begini strategi Link Net (LINK) menggenjot kinerja pada tahun ini

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru