IHSG - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan dipengaruhi oleh hasil rapat bulanan The Fed pada pekan depan. Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve akan menggelar Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting pada Selasa-Rabu, 2-3 November 2021.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan memperkirakan, bank sentral Amerika Serikat baru akan melakukan tapering pada Desember 2021. Kalaupun ada pengurangan quantitative easing (QE) juga akan berlangsung secara bertahap.
"Kami memperkirakan pelaksanaan tappering akan dimulai paling cepat November ini dan paling lambat Desember," katanya pada Kontan, Minggu (31/10).
Sementara untuk kenaikan suku bunga, sambung Alfred, skenarionya diprediksi tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2014 silam, dimana waktu itu kenaikan suku bunga The Fed baru mulai dilakukan pada tahun 2014 pasca The Fed melakukan pengurangan QE.
Baca Juga: BI siapkan jurus-jurus ini untuk hadapi tapering off The Fed
Alfred menyatakan, momentum pelaksanaan tapering tidak terlalu signifikan lagi dampaknya terhadap pasar. Ia optimistis pelaksanaan tapering kali ini tidak akan memberikan sentimen negatif bagi pasar saham. Pasalnya, dalam prediksi dia investor asing masih akan mencatatkan net buy di pasar saham sampai awal 2022 dan inflow ini akan menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG.
Ia memandang IHSG berada dalam fase konsolidasi pasca kenaikannya sejak akhir September 2021. Ia optimistis sentimen akhir tahun akan membawa IHSG untuk menembus level support kuatnya di level psikologis IHSG di 6.693. Alfred meramal IHSG akan bergerak dalam rentang 6.500 – 6.800 di sisa akhir tahun 2021.
Alfred menambahkan, penguatan IHSG akan didorong oleh penguatan saham-saham blue chip yang masih memiliki kinerja di bawah pasar seperti emiten sektor consummer misalnya UNVR, GGRM, SMGR, ASII, dan UNTR.
Hal senada juga disampaikan oleh Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus. Nico menjelaskan, sejauh ini pelaku pasar sudah menerima keputusan The Fed untuk melakukan tapering.
Baca Juga: IHSG melemah ke 6.602 pada Rabu (27/10), KLBF, BMRI, BBNI dikoleksi asing
"Dengan inflasi yang konsisten terjaga di atas dari 2%, tentu taper tantrum harus segera dilakukan. Tidak mungkin The Fed menaikkan tingkat suku bunga tanpa adanya taper tantrum," tutur Nico.
Menurut Nico, normalisasi kebijakan memang dibutuhkan sebelum menaikkan tingkat suku bunga, oleh sebab itu Nico bilang dengan situasi dan kondisi dimana inflasi berada di titik tertinggi, The Fed akan segera mengeluarkan pengumuman kapan taper tantrum akan dilakukan. Yang mana, proyeksinya tapering akan terjadi pada pertengahan November atau Desember 2021.
Nico menambahkan, jika pengumuman hasil FOMC hanya membahas taper tantrum, maka efeknya tidak signifikan untuk pergerakan IHSG.
Namun, apabila pengumuman The Fed ada pembahasan mengenai kenaikkan tingkat suku bunga yang lebih cepat dari target sebelumnya, serta berpotensi terjadi pada tahun 2022 mendatang, tak menutup kemungkinan IHSG akan merespons dengan adanya koreksi meskipun hanya secara jangka pendek.
Baca Juga: IHSG turun 0,82% ke 6.602 pada Rabu (27/10), asing masih mencatat net buy
Nico menyampaikan, saham-saham dari sektor komoditas masih bisa jadi pilihan, diikuti dengan perbankan dan sektor teknology. "Harga komoditas yang diikuti dengan tingginya permintaan masih akan menjadi primadona. Perbankan yang mulai unjuk gigi apalagi di akhir tahun, juga akan mencuri perhatian," kata Nico.
Sektor terknologi juga tak kalah menarik karena perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia akan melantai dan mendorong sektor ini akan mengalami kenaikkan kembali. Nico menjagokan saham-saham seperti BBNI, BMRI, BBCA, BBRI, EXCEL, TLKM, BUKA, EMTK, MTDL, ASSA, PTBA, ADRO, ITMG, dan INCO.
Selanjutnya: Usai melemah pekan ini, bagaimana pergerakan IHSG pada awal pekan depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News