Hans Kwee: Investor Bisa Diversifikasi untuk Menghindari Efek Disposisi

Senin, 25 Juli 2022 | 08:35 WIB   Reporter: Harris Hadinata
Hans Kwee: Investor Bisa Diversifikasi untuk Menghindari Efek Disposisi


IHSG - JAKARTA. Pernah mendengar mengenai efek disposisi dan efek break even dalam perdagangan saham? Kedua efek ini kerap disebut membuat kerugian investor semakin dalam saat membeli saham yang harganya merosot.

Sekadar informasi, efek disposisi adalah kecenderungan seorang investor mempertahankan saham yang harganya merosot lebih lama. Sebaliknya, ketika investor mendapatkan saham pemenang yang harganya naik, investor akan menjual saham tersebut dengan cepat.

Sementara efek break even adalah kecenderungan investor untuk melakukan pembelian saham ketika harga turun alias averaging down, dengan tujuan menurunkan harga pembelian rata-rata. Sehingga ketika harga saham kemudian naik lagi, investor bisa melepas saham tersebut di harga impas atau break even.

Alhasil, kerugian investor bisa makin besar bila harga saham terus turun. Untuk menghindari efek tersebut, investor antara lain bisa melakukan diversifikasi atas portofolio sahamnya.

Hal ini dikemukakan oleh Yohanis Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama, dalam disertasi program Doktor Ilmu Ekonomi Konsentrasi Ilmu Keuangan di Universitas Trisakti, Jakarta.

Baca Juga: Indeks Berbasis ESG Menghijau, Simak Proyeksi dan Rekomendasi Sahamnya

Dalam disertasinya, Hans meneliti mengenai efek disposisi dan efek break even. Hans juga menganalisa hubungan antara kedua efek tersebut dengan kecanggihan investor, yang dilihat dari diversifikasi, frekuensi perdagangan serta besar nilai transaksi investor.

Hans menemukan, efek disposisi selalu muncul di sepanjang periode penelitian. Sementara efek break even hanya terjadi pada beberapa periode penelitian.

“Efek disposisi lebih dibandingkan efek break even,” papar hans. Meski begitu, tidak semua nasabah mengalami efek ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hans, investor yang menerapkan prinsip diversifikasi, yaitu tidak menaruh telur di dalam satu keranjang, terhindar dari efek disposisi.

“Uji korelasi menunjukkan hubungan yang negatif antara efek disposisi dengan diversifikasi, artinya memang investor yang melakukan diversifikasi lebih sedikit mengalami disposisi efek,” terang Hans.

Meski begitu, hasil pengujian menunjukkan hubungan positif antara diversifikasi dan efek break even di sejumlah periode penelitian. Hans melihat, ini terjadi karena investor individual mengalami efek disposisi dengan menahan saham rugi dan sebagian justru melakukan pembelian tambahan.

Ini membuat jumlah saham dalam portofolio meningkat. Alhasil, investor terlihat melakukan diversifikasi.

Karena itu, Hans menyarankan investor individual melakukan money management dan risk management. Investor juga tertib melakukan cut loss. Ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan fitur cut loss otomatis yang ada di sistem perdagangan online yang disediakan sekuritas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata

Terbaru