Sektor perbankan dan multifinance miliki obligasi jatuh tempo terbesar di 2021

Kamis, 07 Januari 2021 | 19:00 WIB   Reporter: Hikma Dirgantara
Sektor perbankan dan multifinance miliki obligasi jatuh tempo terbesar di 2021


OBLIGASI -  JAKARTA. Nilai obligasi korporasi yang jatuh tempo pada tahun ini diprediksi mencapai Rp 121,9 triliun. Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), porsi obligasi jatuh tempo terbesar untuk tahun ini dipegang oleh sektor perbankan yang capai 20,7%. 

Disusul, sektor multifinance yang mencapai 17,8%, sektor lembaga keuangan khusus sebesar 16,8%, dan industri pembiayaan capai 8,8%. Adapun untuk sektor pertambangan sebesar 5%, properti 4,3%, konstruksi 4%, telekomunikasi 3,9%, dan sektor lainnya sebesar 18,7%.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menjelaskan, besarnya porsi jatuh tempo untuk sektor perbankan dan multifinance adalah hal yang wajar. Karena kedua sektor tersebut memang yang mendominasi penerbitan obligasi korporasi.

“Porsi kedua sektor ini di pasar obligasi korporasi mencapai 50-60%. Apalagi dengan keperluan dananya yang memang besar dan punya perputaran bisnis yang cepat, maka tak mengherankan obligasi korporasi ini didominasi sektor perbankan dan multifinance,” jelas Ramdhan ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (6/1).

Baca Juga: Jatuh tempo akhir Januari, ini jurus Wijaya Karya (WIKA) lunasi Komodo Bond Rp 5,4 T

Dia meyakini, tahun ini akan lebih banyak perusahaan yang melakukan refinancing dengan menerbitkan obligasi korporasi baru. Dus, nilai penerbitannya berpotensi melebihi nilai jatuh temponya. Apalagi, saat ini cost of fund untuk menerbitkan juga lebih murah seiring tren suku bunga yang rendah.

Dari sisi peminat, Ramdhan melihat kepercayaan investor terhadap obligasi korporasi juga semakin membaik, khususnya obligasi korporasi dengan rating investment grade

Ditambah lagi, dengan yield Surat Utang Negara (SUN) yang berpotensi terus turun, Ramdhan menilai para investor akan melirik obligasi korporasi agar bisa mengoptimalkan return yang bisa didapat.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha melihat, lonjakan penerbitan baru akan terjadi pada paruh kedua tahun depan. Menurut dia, investor akan melihat dulu proses pemulihan ekonomi maupun distribusi dan efektivitas vaksin virus corona di semester pertama tahun ini.

“Tapi, dengan banyaknya obligasi korporasi yang akan jatuh tempo pada tahun ini, yield SUN masih akan turun, bisnis berangsur pulih, hingga risiko yang berkurang, penerbitan berpeluang lebih baik dari tahun 2020. Dari sisi investor kan risk appetite juga akan membaik,” ungkap dia. 

Baca Juga: SoftBank berencana terbitkan obligasi senilai Rp 13 triliun

Yudha menyarankan, bagi investor yang tertarik masuk obligasi korporasi harus tetap mengutamakan ke hatian-hatian, apalagi instrumen ini kurang likuid.

“Pertimbangan paling penting adalah pilih penerbit yang punya balance sheet yang baik dan secara historis juga punya rekam jejak bagus. Selain itu, perusahaan yang punya induk perusahaan atau grup yang besar, tentu menjadi nilai lebih,” pungkas Ramdhan.

 

Selanjutnya: PMI Manufaktur meningkat, begini prospek saham sektor manufaktur

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru