Target kinerja Triputra Agro (TAPG) semester II-2023. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) optimistis mencapai target produksi tahun 2023.
Sekretaris Perusahaan TAPG Joni Tjeng mengatakan, pihaknya optimistis dengan jumlah produksi di tahun 2023. Meskipun tidak menyebutkan angka, tetapi Joni memaparkan produksi TAPG di kuartal kedua 2023 sudah meningkat cukup signifikan.
TAPG berekspektasi profil produksi akan kembali normal. Distribusi produksi akan mencapai 45% di semester pertama dan 55% di semester kedua.
“Berdasarkan ekspektasi tersebut, TAPG memiliki target produksi yang kurang lebih sama dengan tahun 2022,” kata Joni kepada Kontan.co.id, Jumat (9/6).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten CPO di Tengah Potensi Fenomena El Nino
Sebagai informasi, TAPG mencatatkan total produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 3,2 juta ton pada tahun 2022. Angka itu naik 21% secara YoY dengan pencapaian yield sebesar 24,5 ton.
Dalam sebulan terakhir, harga crude palm oil (CPO) tercatat mengalami penurunan. Melansir Trading Economics, Minggu (11/6), harga CPO saat ini RM 3.367 per ton.
Angka tersebut mengalami penurunan 0,41% selama seminggu dan turun 9,22% dalam sebulan terakhir.
Baca Juga: Prospek Emiten Sektor CPO Indonesia yang Diadang Fenomena El Nino
Menurut Joni, pelemahan harga CPO dipengaruhi oleh kondisi global, di mana India melakukan penyesuaian bea impor kacang kedelai dan biji bunga matahari, serta jumlah produksi kedelai yang meningkat di Brasil.
“Pelemahan harga CPO memang berpengaruh pada kinerja TAPG, namun produksi perseroan yang sudah melewati masa recovery dan diperkirakan mendorong performa TAPG di kuartal kedua 2023,” ungkap dia.
Pada semester kedua 2023, diperkirakan India akan mulai meningkatkan impor CPO seiring kebijakan bea impor minyak kedelai dan minyak bunga matahari yang akan berakhir di 30 Juni 2023.
Baca Juga: Laba Bersih Triputra Agro (TAPG) Turun 66% pada Kuartal I-2023
Peningkatan permintaan tujuan ekspor terbesar Indonesia tersebut diperkirakan dapat membawa harga CPO kembali berada di atas Rp 10.000 per kilogram. Dengan kondisi ini, kata Joni, TAPG terus berupaya mendorong volume produksi di tengah tekanan harga.
“Kami juga sudah merencanakan mitigasi untuk perubahan iklim Indonesia yang menuju netral dan El Nino,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News